Informasi, Polusi yang sangat berbahaya
Sebagai penghuni planet bumi, kita terus menerus di bombardir dan di ombang-ambing oleh segala jenis informasi yang dengan jelas tanpa ampun telah membajiri daerah sekeliling kita. Situs XXX, penanyangan film kekerasan, white paper, goyang sahwat di atas panggung dan mungkin blog ini sendiri. Jika kita tidak bisa memilah secara bijak, tiap detik tayangan Televisi, siaran radio, setiap kalimat/literatur yang anda baca mungkin dapat merasuki pikiran kita untuk mengubah cara kita mengambil kesimpulan dan bertindak.
Manzoor, S. Parvez dalam bukunya “The Thinking artifice: AI and Its Discontents”, hal., 39, 1986) mengatakan ; Dunia baru dalam bidang intelegensi buatan telah dikuasai oleh otonomi yang sudah dianggap setengah dewa. Manusia tidak lagi membutuhkan apa yang dikerjakan oleh mesin dan tampak membekas kuat dalam kredo keimanannya yang suci. Di alam kepuasan diri yang egoistic ini, rasanya sudah tidak ada lagi ruang untuk pengorbanan diri. Memang agak mengherankan kalau pendekatan instrumental dalam berpikir dan pendekatan komputasional pada kecerdasan sekarang ini. Sedang berjaya melebihi cita-cita transendensi yang berpusat pada manusia itu sendiri. Dewasa ini, pemikiran teknik tengah melancarkan serangan hantam kromo atas benteng terakhir otonomi manusia, yakni pikiran manusia. Seandainya manusia mampu menikmati sejak dini kebebasan berpikirnya, maka ia memiliki alasan kekhawatiran sekarang. Apa yang menjadi tujuan intelegensi buatan ini bukanlah simulasi, melainkan penggunaan pikiran manusia.
Dengan adanya jejaring, dunia informasi sekarang ini dengan mudahnya di akses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Revolusi gabungan internet-komputer-World-Web ini membentuk generasi baru yang lebih dahsyat di banding temuan percetakan, radio, dan televisi. Jika tidak dikendalikan dapat menciptakan masyarakat dua kelas; antara yang menguasai informasi dan yang tidak, dan akan memicu tumbuhnya “apartheid” komunikasi”, yang ”miskin” tidak akan pernah tahu dan tidak dapat melakukan apa-apa.
Pergunakan Teknologi Informasi secara bijak karena Teknologi ini dapat mengendalikan segalanya.
14 Oktober 2008 pada 11:16
ngomong2 soal teknologi informasi (TI),
saya lg nyari pak guru TI saya yg lari dari tugasnya
smoga segera mendapat hidayah dr Allah SWT…
15 Oktober 2008 pada 01:27
Ha…..ha…. ha….. 🙂 bisa aja.
Kemarin udah ketemu ama Nur dan Hidayah kok ( just kidding bu )
15 Oktober 2008 pada 05:01
Hmm… ada positif-negatifnya juga… Bergantung kita mengelolanya… Tapi jangan sampe kita jadi korban deh, juga jangan jadi pemangsa pula cuz menjadi kelompok orang yg tau…
15 Oktober 2008 pada 17:27
kehausan akan informasi emang gg ada batasnya
16 Oktober 2008 pada 02:59
harus pandai memilah informasi…
16 Oktober 2008 pada 04:13
teknologi informasi memang luar biasa.. manfaat dan mudaratnya juga luar biasa.. pilihan ada di tangan kita..mau manfaat atau nilai2 negatifnya…
17 Oktober 2008 pada 10:23
kira2 yang nguasai TI di muka bumi ini ada ga 1/3 nya…
jadi bagai mana itu bisa di anggap Polusi, mas.??
17 Oktober 2008 pada 10:28
separah itukah TI di muka bumi ini..??
Hal yang membuat negatif, bukannya orang-orang yang tidak bisa memanfaatkan TI.. atau orang-arang yang sama sekali buta akan itu..
atau pengendalian diri kita masing-masing yang harus lebih di benahi..
Ono mass..
19 Oktober 2008 pada 10:09
Yang penting… harus diperkuat barisan iman dan kelapangan waweasan…
jadi kita gak sempat mampir dikelompok… “cupet” mind (orang-orang yang pemikirannya terbatas) Dan… saling pasang mata serta mengingatkan jika ada teman yang mau “kesasar”. Yang diingatkan juga… jangan ngambek..
hmmm sederhana kan??????
Gak perlu takut… tenang… tenang….
Manusia kan “khalifahtullah” dimuika bumi….
Insya Allah
22 Oktober 2008 pada 22:29
makasih udha mampir ke blog saya..
bener kata mbak yanti, manusiakan khalifah di bumi..!!
yang bikin teknologi juga manusia..
yang bikin blog manusia juga kan.>??
hehehhe
lam kenal..
22 Oktober 2008 pada 22:55
# awaludin , # Bunda Yanti, # Falla : Setuju.